Minggu, 08 Januari 2012

Catatan kecil dipulau Buru

Elok nian,
pesonamu memikatku tuk bertahan lebih lama dalam pelukan bumi Bupolo, senyum bocah dan manula simbol keramahan ciri negeriku, rasanya tak ingin pulang,, meski terik begitu menyengat dan menggrongsong kulit tapi jiwa teramat nyaman tuk bertahan.
Mencari Indonesia........
tak harus berlari ketepian mengejar senja, atau merayu fajar tuk ajaknya berdendang,,,,,,, juga tak perlu membelah dada tuk tunjukkan kemerahan jiwa,,,,, cukup kiranya dengan satu senyuman tulus itu ciri dan itu bukti Indonesia
Pulau Buru nan elok, kau janjikan kejayaan dan kemakmuran bagi generasi negeri ini dalam teka-teki misterimu, kau sembunyiklan kekayaan itu dalam perut "bapak" agar tak terjamah oleh tangan-tangan rakus, luar biasa...... semua telah dipersiapkan sedemikian rupa, harusnya kami tau diri dan mendalaminya.
Hutan belantara, samudera luas......... oh........ negeriku...
Kusandarkan tubuh ini sejenak, pada kursi kayu reot yang sungguh tak nyaman menurut mereka yang suka berebut "kursi" tapi sepertinya ditak kenyamanan ini aku temukan atmosfir yang luar biasa, oh.. seandainya kursi ini yang diperebutkan barangkali atmosfir inipun akan menular pada mereka, andai saja mereka mau mencobanya... akh.. tidak mungkinlah..
Gerimis yang sedari pagi mengguyur jadikan dingin semakin dingin... ada terbersit rindu yang bergejolak dalam dadaku,, hamparan luas pepohonan kayu putih yang menjalar seantero Namlea lupakanku pada kesendirian,, ketakjubanku kian bertambah,, aku jadi berpikir "lupa cari pendamping".
Lantunan lembut Sammy Kerispatih, ingatkanku pada mantan kekasih.. duhai dikau yang pernah kusanjung dan cintai, dimana kini engkau dan bagaimana kabarmu? Melodrama cinta yang buat kita terjebak pada rasa mendua pada ILLAH menggelitik hatiku tuk tertawa kecil sejenak. "Rupanya, aku juga pernah punya cinta buat seseorang" huh..... imajinasiku menari-nari ingat ketika kasmaran, teringat betapa bodohnya kita kala itu, semua seakan punya kita, tak perduli hujan, ditentang orang tua, saling cemburu, saling melukai, saling mencederai, saling menjaga dan menghakimi, sungguh komplit, tapi tak buat kita jera hingga lebih satu dasawarsa menjalin asmara, dan akhirnya terburai, kau dan aku kini terpisah dan dipisahkan.. dan aku tertunduk dalam genggam dan sumpah mama. Kusimpan rapi semua tentangmu dalam palung yang kubingkai dengan mutiara hati,,,,, berharap kelak dipertemukan lagi walau dalam dimensi yang berbeda, tak akan kubuka tak akan kutukar dengan apapun jua semua rasa masih sama seperti kemarin, dan beranda cinta setia menanti kehadiran kita... meski pelaminan yang kita harap tak jua beri jawab, aku masih menggenggam sebuah surat tentang takdir dan jabaran akan sebuah kesetiaan.
Dan... dalam dingin aku berjalan, menyusuri bait demi bait cerita yang merubah bab menjadi halaman,,,, taukah kau.. arahku adalah menujuimu.. tapi kenapa kau tak menungguiku?
Maaf, jika kuteteskan air mata ini dalam mengenangmu, sesungguhnya aku tak ingin menangisinya karena kau adalah keindahan dan kebahagiaan yang tak boleh ditangisi. Tapi..... ku tak bisa mencegahnya, dan kerinduan ini yang memaksaku tuk berurai air mata, kau begitu sempurna seharusnya ku tak boleh total menyanjungmu karena ternyata DIA sangatlah pencemburu,, andai kusadari hal itu mungkin hari ini kau masih diperuntukkan bagiku...
Menanti malam di Timur Indonesia, dingin dan kelam tanpa asmara, oh.... aku ingin seperti Theressa...... bagikan cinta tak hanya tuk seorang semata.... (25/3/2011/Suprapti Abdullah Fattah)

1 komentar: